Filsafat Ilmu

Pengertian filsafat
• Filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berfikir rasional dan logis, mendalam dan bebas untuk memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dari Yunani, Philos yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan.
• Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. demikian pula seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni dan agama. filsafat sebagaimana pengertiannya semula dikelompokkan kedalam bagian pengetahuan tersebut. Sebab pada pemulanya filsafat identik dengan pengetahuan baik identik dengan teoritik ataupun praktik. Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan khasnya sendiri-sendiri kemudian memisahkan diri dari filsafat.

Filsafat Ilmu
• Filsafat Ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
• Filsafat ilmu adalah suatu disiplin yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu diklasikasikan dan dianalisis.
• Filasafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.

Pembidangan dalam filsafat
• Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris, misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
• Epistemologi (teori Ilmu) mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti pengetahuan). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Dari epistemologi inilah lahir berbagai cabang ilmu pengetahuan (sains) yang dikenal sekarang.
• Aksiologi membahas masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
• Etika membahas tentang perilaku menuju kehidupan yang baik. Di dalamnya dibahas aspek kebenaran, tanggung jawab, peran, dan sebagainya.
• Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.

Ontologi (Hakikat Ilmu)
• Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?
• Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
• Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
• Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
• Bagaimana prosedurnya?

Epistemologi (Cara Mendapatkan Pengetahuan/Teori Ilmu)
• Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
• Bagaimana prosedurnya?
• Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar?
• Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri?
• Apa kriterianya?
• Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

Aksiologi (Guna Pengetahuan)
• Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan?
• Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
• Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
• Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?

CIRI BERFIKIR FILOSOFIS
Beberapa ciri berfikir kefilsafatan/filosofis dapat dikemukakan sebagai berikut:
• Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
• Sistematik, artinya berfikir yang logis, sesuai aturan, langkah demi langkah, berurutan, penuh kesadaran, dan penuh tanggung jawab.
• Universal, artiya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia atau berfikirs ecara menyeluruh tidak terbatas pada bagian tertentu tetapi mencakup seleuruha Apek.
• Spekulatif, berfikir spekulatif terhadap kebenaran yang perlu pengujian untuk memberikan bukti kebenaran yang difikirkannya.

Pengertian Ilmu
• Apakah ilmu itu?
• Moh. Nazir, Ph.D (1983:9) mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan, baik natura ataupun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum.
• Sedangkan Ahmad Tafsir (1992:15) memberikan batasan ilmu sebagai pengetahuan logis dan mempunyai bukti empiris.
• Sikun Pribadi (1972:1-2) merumuskan pengertian ilmu secara lebih rinci (ia menyebutnya ilmu pengetahuan), bahwa :

Obyek Filsafat Ilmu
• 1. Obyek Material : adalah obyek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh sesuatu ilmu, atau obyek yang dipelajari oleh ilmu itu (adalah pengetahuan itu sendiri), yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara umum.
• 2. Obyek Formal : adalah dari sudut pandang mana obyek material tersebut ditelaah (esensi obyek, problem mendasar dari ilmu, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah).

“Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas dasar hukum logika yang tertib.
Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analisis, induktif, kemudian ditentukan relasi antara data-data, diantaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang terintegratif. Keseluruhan integratif itu kita sebut ilmu pengetahuan.”

Lingkup Filsafat Ilmu
• Telaah mengenai berbagai konsep, pranggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannnya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat
• Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu dan strukturnya
• Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu
• Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusian terhadap realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.

Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan menurut The Liang Gie
• Empiris, pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan,
• Sistematis,berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
• Obyektif, bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi,
• Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu,
• Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun.

Syarat-Syarat Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut:
• Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).
• Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti. Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara
• Obyek material dan obyek formal. Obyek material merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.

Syarat Ilmu lainnya
• Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
• Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
• Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
• Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat.
• Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumuman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu.
Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah.
• Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah adalah suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena idealitas dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis.
• Almack (1939) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
• Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi.

Beberapa kriteria metode ilmiah dalam perspektif penelitian kuantitatif, (M. Nazir):
• berdasarkan fakta,
• bebas dari prasangka,
• menggunakan prinsip-prinsip analisa,
• menggunakan hipotesa,
• menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi. Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif.

Nasution (1996:9-12) mengemukakan ciri-ciri metode ilmiah dalam penelitian kualitatif, diantaranya :
• sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting,
• peneliti sebagai instrumen penelitian,
• sangat deskriptif,
• mementingkan proses maupun produk,
• mencari makna,
• mengutamakan data langsung,
• triangulasi,
• menonjolkan rincian kontekstual,
• subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti,
• mengutamakan perspektif emic,
• verifikasi,
• sampling yang purposif,
• menggunakan audit trail,
• partisipatipatif tanpa mengganggu,
• mengadakan analisis sejak awal penelitian,
• disain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Unsur-unsur Ilmu menurut Soejono Soemargono:
• Sistem
• Pengetahuan Ilmiah
• Kebenaran
• Kebahagiaan Umat Manusia

Unsur-unsur Ilmu menurut Van Melsen:
• Secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren (metodis-logis),
• Tanggungjawab keilmuan (kejujuran)
• Universalitas ilmu,
• Terpimpin oleh obyek, terbebas dari prsangka
• Dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan.
• Progresifitas,suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah, apabila mengandung problem baru,
• Kritis, setiap teori terbuka suatu peninjauan kritis,
• Harus dapat dipergunakan sebagai pertautan antara teori dan praktis.

Sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut (Ismaun, 2000):
• obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif,
• koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;
• reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,
• valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,
• memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,
• akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan
• dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

Sarana Ilmiah
• Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol- simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya. Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya
• Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang- lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
• Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam pemberian kredit, dan masih banyak lagi.
• Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu. Logis dalam bahasa sehari-hari kita sebut masuk akal.

Ilmu sebagai Pengetahuan
• Ilmu adalah pengetahuan,tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu.
• Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan antara pemikiran dan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman tentang kausalitas sebab akibat yang hakiki dan universal (apa?)
• Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas dari suatu obyek menurut metode tertentu yang merupakan satu kesatuan yang sistematis (mengapa).

Upaya untuk mendapatkan pengetahuan dapat dibedakan antara upaya yang bersifat aktif dan pasif.
• Upaya aktif melalui melalui penalaran pikiran,
• Upaya pasif yaitu melalui keyakinan atau kepercayaan terhadap kebenaran sesuatu yang ditawarkan.
• Hasil dari penalaran logis dan analitis diperoleh pengetahuan yang disebut ilmu/pegetahuan ilmiah.

Ada 2 cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar
• Pertama, mendasarkan diri dengan rasio – rasionalis mengembangkan rasionalisme
• Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman – pengalaman mengembangkan empirisme. Kaum rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dari ide yang diangapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukan ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sudah ada, jauh sebelum manusia memikirkannya (idelisme).
• Di samping rasionalisme dan pengalaman masih ada cara lain yakni intuisi atau wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran, bersifat personal dan tak bisa diramalkan. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.

Sifat-Sifat dan Asumsi Dasar Ilmu
• Ilmu bertujuan untuk menjelaskan segala yang ada dan yang akan ada di alam semesta.
• Sifat pertama dari ilmu adalah menjelajah dunia impirik sejauh dapat ditangkap oleh panca indra dan indra lain.
• Namun karena indra manusia mempunyai keterbatasan,kedua :maka tingkat kebenaran ilmu adalah relatif atau tidak sampai pada kebenaran yang mutlak, Ketiga : ilmu menemukan proposisi (hubungan sebab akibat) yang teruji secara empirik
• Dengan demikian terlihat bahwa asumsi dasar dari ilmu ialah: (1) alam ini ada, (2) fenomena yang ditangkap oleh indra manusia mempunyai hubungan kausalitas, (3) Percaya akan kemampuan indra untuk menangkap fenomena itu, kalau tidak percaya gunakan alat bantu.
• Kebenaran ilmu didasarkan pada keyakinan dan kepercayaan, meskipun kebenarannya bersifat relatif.
• Ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmu itu merupakan suaru sistem, dengan demikian ilmu mempunyai elemen/unsur-unsur sistematika.

Komponen Pembangunan Ilmu
• Komponen Ilmu yang hakiki adalah fakta dan teori, disamping fenomena dan konsep.
• Fenomena : (gajala atau kejadian) yang ditangkap oleh indra manusia, untuk menjadi masalah diabstakasikan dengan konsep.
• Konsep adalah simbul yang mengandung pengertian singkat dari fenomena, konsep yang semakin mendasar akan sampai pada variabel. Variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang mempunyai nilai katagorial (segala sesuatu yang berfareasi)-untuk sampai pada hubungan. Hubungan yang yang ditunjang oleh data empirik disebut Fakta. Jalinan fakta disebut teori.

MASYARAKAT
• NILAI: Mentalita (aktivitas jiwa, cara berfikir, berperasaan) yg terbentuk dari perilaku manusia menjadi sejumlah anggapan.
Nilai Jasmani : nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat dan nilai guna,
Nilai Rohani: nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estitika, nilai etika dan nilai relegi.
• NORMA: Ukuran ttg sejumlah perilaku yg diterima & disepa-kati secara umum oleh masyarakat (volkways, mores, customs, laws).

Al Ghazali mengemukakan ada 4 kemungkinan TAHU
• Tahu bahwa dirinya tahu, adalah keadaan seseorang memastikan dirinya mengetahui sesuatu, ia yakin benar tentang sesuatu,
• Tahu bahwa dirinya tidak tahu,keadaan seseorang mengaku buta terhadap sesuatu, ia adalah orang yang jujur karena tidak menyembunyikan kekurangannya,
• Tidak tahu bahwa dirinya tahu,adalah keadaan seseorang tidak menyadari kesanggupannya, maka ia lalai terhadap dirinya,
• Tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, adalah keadaan seseorang yang tidak menginsafi kelemahan dirinya, tidak memahami dirinya sendiri.

Menurut Kohlberg (Valazquez, 1998) menyatakan perkembangan moral individu ada 3 tahap yaitu:
 1. Level Preconvenstional. Level ini berkembang pada masa kanak- kanak.
a. Punishment and obidience orientation: alasan seseorang patuh adalah untuk menghindari hukuman.
b. Instrument and relativity orientation; perilaku atau tindakan benar karena memperoleh imbalan atau pujian.
2. Level Conventional. Individu termotivasi untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok agar dapat diterima dalam suatu kelompok tersebut.
Interpersonal concordance orientation: orang bertingkah laku baik untuk memenuhi harapan dari kelompoknya yang menjadi loyalitas, kepercayaan dan perhatiannya seperti keluarga dan teman.
Law and order orientation: benar atau salah ditentukan loyalitas seseorang pada lingkungan yang lebih luas seperti kelompok masyarakat atau negara
 3. Level Postconventional. pada level ini orang tidak lagi menerima saja nilai-nilai dan norma-norma dari kelompoknya, melainkan melihat situasi berdasarkan prinsip-prinsip moral yang diyakininya.
Social contract orientation: orang mulai menyadari bahwa orang- orang memiliki pandangan dan opini pribadi yang sering bertentangan dan menekankan cara-cara adil dalam mencapai konsensus dengan perjanjian, kontrak dan proses yang wajar.
Universal ethical principles orientation. Orang memahami bahwa suatu tindakan dibenarkan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang dipilih karena secara logis, komprehensif, universal,dan konsisten.

Ilmu antara NILAI dan MORAL
• Nilai adalah menyangkut penilaian manusia tentang baik dan buruk, diterima atau ditolak, dengan sikapnya itu manusia memberikan konfirmasi tentang manfat obyek yang dinilainya.
• Moral reasioning adalah proses dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan dinilai apakah sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya: Logis, bukti nyata yang digunakan untuk mendukung penilaian haruslah tepat, konsisten dengan lainnya.

Kattsof mengemukakan tiga cara pendekatan terhadap nilai
• Pandangan subyektifisme : merupakan raksin yang diberikan manusia sebagai pelaku berdasarkan pengalamannya.(susunan kepercayaan khusus yang tinggal dalam fikiran seseorang)
• Pendekatan obyektifisme logis : dimana nilai merupakan esensi logis yang dapat diketahui melalui akal (melakukan analisis-logis terhadap bagian ttt atau menyeluruh)
• Pendekatan obyektifisme metaphisik : dimana nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan (diukur dari hubungannya dengan pihak luar dari pikiran manusia).

Ilmu dan Moral
• Ilmu harus memperhatikan moral (etika-susila), menghawatirkan de-humanisasi dimana martabat manusia menjadi lebih rendah karena mengutamakan formalitas, instan, sehingga melahirkan kemanjaan baru. Moral harus menjadi bagian dari kebudayaan manusia dan ilmu harus berkembang sebagai bagian dari budaya manusia (manusia yang beradab/beradaptasi).

TEORI KEBENARAN
TEORI KORESPONDENSI(obyektivisme), Kebenaran merupakan persesuaian antara fakta dan situsai nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungannya. Misalnya dikatakan pulau jawa adalah pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia.
• TEORI KOHERENSI (kosistensi), Kebenaran merupakan kesesuaian secara harmonis antara pikiran dengan pengetahuan yang dimiliki. Sesuatu dikatakan benar jika yang menjadi dasar kebenaran adanya konsistensi dengan hukum-hukum berfikir formal tertentu.
• TEORI PRAGMATISME, Kebenaran itu dibuat dalam proses penyesuaian manusia, kebenaran merupakan suatu bentuk nilai, artinya apabila menyatakan benar terhadap sesuatu berarti telah memberikan penilaian. Seseorang menyatakan benar karena telah memenuhi kepentingannya.

Cara Penemuan Kebenaran
Untuk memperoleh pengetahuan yang benar ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu, dengan non ilmiah dan cara ilmiah.
Cara Penemuan Kebenaran Non Ilmiah: Akal Sehat, Prasangka, Pendekatan Intuisi, Penemuan kebenaran dengan coba-coba, dan Pendekatan otoritas ilmiah dan pikiran praktis.
• Akal Sehat adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk penggunan praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah pernyataan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus. Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori.
• Prasangka, generalisasi dari hubungan sebab akibat. Orang sering tidak mampu mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada keadaan yang lain.
• Pendekatan Intuitif, menentukan pendapat mengenai sesuatu hal yang berdasarkan pada pengetahuan yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau tidak difikirkan terlebih dahulu. Dalil-dalil yang diperoleh dengan apriori mungkin cocok dengan penalaran, namun belum tentu cocok dengan pengalaman maupun data impiris.
• Kebetulan atau Coba-coba, penemuan kebenaran secara kebetulan atau melalui coba-coba didasarkan atas pikiran logism semata.
• Cara Kebenaran Ilmiah dilakukan dengan membangun teori, teori dikembangkan dari penelitian ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data yang diambil dengan konntrol dan analisis tertentu.

Kebenaran Ilmu dan Filsafat
• Baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu manusia (akal, budi, rasio, reason, nous, rede, vertand, vernunft).
• Sedangkan agama bersumberkan wahyu dari Allah. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empirik) dan percobaan. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengembarakan atau mengelanakan akal budi secara radikal dan integral serta universal tidak merasa terikat dengan ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan saat ini), sedangkan kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental).

Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat bersifat nisbi (relatif), sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu yang di turunkan Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak dan Maha Sempurna.
Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya dimulai dengan sikap sangsi atau tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan iman. Adapun titik singgung, adalah perkara-perkara yang mungkin tidak dapat dijawab oleh masing-masingnya, namun bisa dijawab oleh salah satunya.
Gambarannya, ada perkara yang dengan keterbatasan ilmu pengetahuan atau spekulatifnya akal, maka keduanya tidak bisa menjawabnya.
Demikian pula dengan agama, sekalipun agama banyak menjawab berbagai persoalan, namun ada persoalan-persoalan manusia yang tidak dapat dijawabnya. Sementara akal budi, mungkin dapat menjawabnya.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment